“Kami menghadapi situasi demografis yang tegang. Migran adalah kebutuhan. Tanpa mereka, proyek pembangunan yang dinamis akan sulit tercapai,” ujar Peskov.
Krisis demografi di Rusia, yang telah berlangsung sejak era Soviet, semakin memburuk akibat beberapa faktor, termasuk tingkat kelahiran rendah, tingginya angka kematian akibat COVID-19, serta eksodus besar-besaran warga yang menghindari mobilisasi untuk perang di Ukraina.
Table of Contents
TogglePopulasi Menurun Drastis
Data dari kantor statistik nasional, Rosstat, menunjukkan bahwa tingkat kesuburan di Rusia pada 2023 hanya mencapai 1,41 kelahiran per perempuan usia subur, jauh di bawah angka 2,0 yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi.
Dari Januari hingga September 2023, hanya 920.200 bayi yang lahir, turun 3,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Jumlah ini menjadi yang terendah sejak 1990-an, periode di mana Rusia juga mengalami krisis ekonomi dan sosial yang mendalam.
Pada Juli 2024, Presiden Vladimir Putin menyebut rendahnya angka kelahiran sebagai “bencana bagi masa depan bangsa.”
Ia menekankan bahwa pertumbuhan populasi sangat penting untuk menjaga kekuatan dan stabilitas Rusia di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Langkah-Langkah Pemerintah
Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Rusia telah mengambil sejumlah langkah, termasuk:
- Insentif Keluarga Besar: Pemerintah menawarkan pembayaran gaji yang lebih besar dan subsidi hipotek bagi keluarga dengan banyak anak. Langkah ini bertujuan mendorong masyarakat untuk memiliki lebih banyak anak.
- Larangan Propaganda Child-Free: Awal pekan ini, Parlemen Rusia menyetujui undang-undang yang melarang “propaganda child-free,” yaitu kampanye yang mendorong individu untuk tidak memiliki anak. Langkah ini bertujuan mempromosikan nilai keluarga dan menekan angka kelahiran rendah.
Meski demikian, langkah-langkah tersebut belum memberikan dampak yang signifikan dalam jangka pendek.
Migrasi sebagai Solusi
Pemerintah kini mengandalkan migrasi tenaga kerja asing sebagai salah satu solusi utama. Para pekerja migran, terutama dari negara-negara bekas republik Soviet di Asia Tengah, telah lama menjadi tulang punggung sektor konstruksi, transportasi, dan pelayanan di Rusia.
Peskov menegaskan bahwa Rusia akan menyambut baik kedatangan migran untuk mengisi kesenjangan tenaga kerja.
“Kami membutuhkan pekerja untuk memastikan semua proyek pembangunan berjalan dengan lancar,” ujarnya.
Namun, upaya ini dihadapkan pada tantangan besar. Sentimen anti-migran masih sering muncul di masyarakat Rusia, dengan sebagian besar kritik ditujukan kepada pekerja dari Asia Tengah. Padahal, mereka berkontribusi signifikan dalam berbagai sektor ekonomi yang memerlukan tenaga kerja intensif.
Tantangan dan Prospek
Selain diskriminasi sosial, migrasi juga membutuhkan pengelolaan yang lebih baik agar para pekerja asing dapat berintegrasi secara efektif ke dalam masyarakat Rusia.
Langkah ini termasuk menyediakan pelatihan bahasa dan penyesuaian budaya bagi para migran, serta memastikan hak-hak mereka terlindungi.
Di sisi lain, Rusia juga perlu memikirkan strategi jangka panjang untuk mendorong pertumbuhan populasi domestik.
Kebijakan insentif finansial, pendidikan, dan kesehatan bagi keluarga beranak banyak harus dilanjutkan dengan konsistensi.
Krisis demografi Rusia merupakan peringatan bagi negara-negara lain yang menghadapi masalah serupa. Dengan memanfaatkan migrasi sebagai solusi sementara dan memfokuskan pada perbaikan kondisi domestik, Rusia berharap dapat menjaga stabilitas sosial dan ekonominya di masa depan.
Komentar